MAKNA PELUKAN AYAH BUAT BUAH HATINYA
Jika
ingin melihat profil seorang ayah, maka lihatlah Nabi Ibrahim as.
Ibrahim bisa dan mampu menjadi seorang ayah yang baikserta menyengangkan
bagi putranya Ismail as. Jika ingin melihat profil keluarga bahagia,
penuh dengan cinta, maka lihatlah keluarga Nabi Muhammad SAW. Beliau SAW
mampu menjadi ayah yang baik dan menyenangkan bagi putrinya, Nabi SAW
jiga bisa dan mampu menjadi ayah yang baik, bijaksana, bagi
putri-putrinya yang cantik nan menawaan. Nabi SAW sangat dekat dengan
mereka, sampai urusan nikah-pun, Nabi SAW tidak memaksa Fatimah ra.
Semua putra-putri Nabi SAW betah dirumah, karena sang Ayah benar-benar
menjadi teman, ayah, bahkan bisa memberikan solusi terbaik ketika
putra-putrinya menghadapi masalah.
Sebagai utusan Allah
SAW memang sempurna, di sisi lain sebagai manusia biasa, Nabi SAW bisa
melakukan dengan baik, sekaligus contoh nyata. Pewaris para Nabi, yaitu
para ulama juga memiliki sifat-sifat yang dimiliki para itusan Allah
SWT.Tidaklah berlebihan jika Nabi SAW mengatakan:”
ulama itu pewaris para Nabi”.
Sangatlah wajar jika kemudian anak-anak para ulama itu menjadi ilmuan,
pemimpin, serta menjadi orang yang bernamfaat bagi orang banyak.
Ulama
itu memang di desain hidup setelah Nabi SAW yang fungsinya sama persis
dengan para Nabi SAW. Mengajak berbuat baik, mencegah kemungkaran,
dengan tutur kata yang indah dan menyenangkan, memakai argumentasi yang
kuat, ditambah lagi dengan ahlak dan budi pekerti yang mulia. Tidak
pantas dikatakan ulama, jika masih suka membuat provokasi, menfitnah
dengan keji, mengkafirkan, menyesatkan sesama muslim yang beribadah.
Walaupun jidatnya hitam, jubhanya panjang, jengotnya juga panjang,
tetapi jika masih suka mengotori lidahnya dnegan kata-kata tidak pantas,
itu belum dikatakan ulama’. Ciri khas ulama itu memilik rasa
“khosyah” takut kepada Allah SWT.
Ungkapan cinta Nabi Ibrahim keluar melalui panggilan yang menyenangkan “
ya Bunayya” yang artinya “
anakku sayang”. Begitu juga Nabi Ya’kub ketika memanggil putranya “Yusuf” juga menggunakan panggilan sayang “
ya Bunayya”.
Begittu juga dengan keluarga Lukman Hakim, panggilan “ya Bunayya”
menjadi sebuah tanda cinta kasih dari seorang ayah kepada
putra-putrinya. Begitu juga dengan seorang anak tatkala memanggil sang
ayah dengan menggunakan “
ya Abati” yang artinya”
ayahandaku sayang”. Begitu santun, sopan dan mesra hubungan antara orangtua dan anak, sehingga melahirkan kasih sayang yang mendalam.
Tidak
hanya ungkapan cinta melalui panggilan “sayang”, ternyata kasih sayang
orangtua itu bisa menggunakan pelukan, belaian, serta bercanda dengan
bahasa yang menyenangkan. Jika itu bisa dilakukan dengan baik, dari
hati yang paling dalam, maka semua itu akan melahirkan kasih sayang,
serta segudang manfaat, bahkan akan melahirkan miracle (keajaiban) yang
sangat mengesankan. Itu juga akan melahirkan pertumbuan fisik dengan
baik, sekaligus pertumbuhan ruhani dan spiritual yang mapan bagi anak.
Tidak
satu-pun anak yang terlahir, kecuali membutuhkan kasih sayang, pelukan
hangat dari kedua orangtua. Pujian, sanjungan itu sangat penting, tetapi
jika sanjungan dan pujian itu kemudian diungkapan kepada seorang anak,
kemudian dipeluk dengan cinta dan sayang. Betapa senang dan bahagia
seorang anak. Sebaliknya, jika anak sering mendapatkan kekerasan,
bentakan, bagkan jarang mendapatkan pelukan hangat dari kedua orangtua,
maka pertumbuhan fisiknya akan terganggu, begitu juga dengan mental,
intelektual serta spritualnya.
Sebagian orang bilang,
bahwa pelukan yang menjejukkan hati itu hanya dari seorang Ibunda.
Memang itu benar, tetapi bukan berarti pelukan dan kasih sayang seorang
ayah tidak memberikan dampak yang positif. Justru kisah-kisah di dalam
Al-Quran itu ternyata mengisahkan antara Anak dan orang tua, seperti ;
Nabi Ibrahim dan Ismial, Nabi Ya’kub dan Yusuf, Lukam Hakim dan
putranya. Konon, pelukan hangat seorang ayah itu berperan penting bagi
karakter dan psikologis anak-anaknya.
Sangat meyedihkan
jika seorang ayah itu kasar, tidak sopan, dan jarang bertemu dengan
putra-putrinya karena alasan bekerja mencari duit. Orang sibuk mencari
duit dengan alasan untuk putra-putrinya. Ketahuilah, suatu saat orang
tua akan menyesal (getun), akan menghabiskan duitnya demi bisa bertemu
dan bercanda dan menyeangkan putra-putrinya. Bekerja boleh, tetapi
jangan sampai durasi pertemuan dengan buah hatinya sangat singkat,
bahkan sang putra jarang mendapatkan pelukan hangat dari seorang ayah.
Dalam
sebuah buku karya Melly Puspita Sari yang berjudul “The Miracle of Hug”
mengatakan bahwa pelukan seorang Ayah dapat menjadi media untuk
mentransfer kemandirian dan keberanian ke anak berinteraksi dengan
figur otoritas di luar rumah. Anak yang sering mendapat pelukan ayah
cenderung menjadi anak mandiri, tidak penakut, dan lebih kuat dalam
berinteraksi dalam kehidupan sosialnya.
Lebih lanjut
lagi, Melly menceritakan dalam bukunya “saat Ayah memeluk, sesungguhnya
ia sedang mentransfer kemampuan dan kemandirian pada diri anak. Selain
itu aspek yang sifatnya berani berinteraksi dengan figur otoritas yang
dimiliki ayah”.
Tidaklah berlebihan jika realitas
dilapangan, cukup banyak anak perempuanlebih dekat dengan Ayahnya kadang
tumbuh sebagai pribadi yang kuat dan tangguh. Tidak gampang menyerah di
dalam menghadapi masalah. Pelukan seorang ayah ketiak masih kecil,
bahkan ketiak saat pertumbuhan memberikan penggaruh positif kepada
pertumbuhan seorang anak perempuan.
Karena dasar itulah,
kadang seroang wanita kadang mencari pasangan hidup yang tangguh, kuat,
sopan agamis, karena yang dilihat adalah orangtua laki-laki. Sang
perempuan berharap memiliki suami yang bisa meberikan perlinudngan,
kenyamanan, serta memberikan teladan, bahkan bisa menuntun hidupnya
lebih baik. Tentu saja bisa menuntuk pada kebagiaan dunia dan ahirat.
Lihat
saja Rosulullah SAW, putrinya yang bernama Fatimah begtitu akrab, dekat
dengannya. Setiap saat dan waktu, Fatimah al-Zahra sering mengunjungi
Rosulullah SAW, walaupun Fatimah sudah menikah. Begitu juga dengan Nabi
SAW sangat menyangi putrinya Fatimah ra. Sampai-sampai, ketika hendak
menikah Nabi SAW mengajak diskusi seputar calon suaminya. Nabi SAW tidak
pernah menyakiti hatinya, bahkan Nabi SAW pernah mengatakan:”
siapa yang menyakiti Fatimah sama dengan menyakiti diriku”.
Wahai
kaum laki-laki (Ayahanda), jangan biarkan putra-putri kalian lebih
dekat dengan orang lain. Gunakan waktu sebanyak mungkin berjumpa,
berdiskusi dengan putra-putri kalian, walaupun itu sangat singkat.
Buatlah waktu yang singkat itu menjadi benar-benar berkualitas bagi
anak-anak. Jangan sampai seorang anak itu bangga dengan dengan figure
pria selain ayahnya. Jangan sampai anak itu lebih bahagia ketika berada
diluar rumah, dan jangan sampai seorang anak itu lebih betah diluar
rumah, karena rumah tidak menyenangkan. Ciptakan rumah itu menyenangkan
dan selalu di rindukan oleh putra-putri kalian. Seorang Ibu akan menjadi
sempurna jika Dia mampu menciptakan hubungan anak, ayah, dan ibu indah,
menyenangkan, menciptakan surga di bumi ini (www.wisatahaji.com)